Jumat, 19 Mei 2017

Mendaki Gunung Agung Via Besakih


Masih agak ragu sebenarnya untuk melakukan pendakian kali ini. Selain karena sudah setahun lebih tidak mendaki gunung, berat badanku juga sudah over banget. Hampir menyentuh angka 100 kg! Gila! 
Sudah hampir jam 6 sore. Aris dan Chandra, dua temanku yang akan ikut naik gunung kali ini belum juga terlihat batang hidungnya. Sambil menunggu kedatangan mereka, aku membeli beberapa bungkus roti dan minuman yang akan kujadikan bekal selama pendakian.
Tak lama kemudian, dua orang yang kutunggu itu akhirnya datang juga. Setelah berbasa basi sebentar kami langsung berangkat menuju pura Besakih. Jam 8 malam kami sampai di depan pura Besakih dan langsung melakukan registrasi pendakian. Sekedar info, untuk pendakian ke gunung Agung via Besakih wajib didampingi guide dengan biaya guide sebesar Rp.500 ribu/grup.

Setelah gude datang kamipun berangkat menuju pura Pengubengan. Disini kami menitipkan motor sekaligus tempat ini merupakan titik awal pendakian. 
Jam di handphoneku menunjukkan pukul 9 malam. Aku berjalan paling belakang. 20 menit pertama jalur masih agak sedikit landai. Kukeluarkan trekking pole ketika jalur sudah mulai menanjak. Bapak guide dan kedua temanku sudah mulai jauh meninggalkan aku. Tiba-tiba di sebelah kiri jalur, sekitar 10 meter dari tempatku berdiri, sepasang cahaya merah menyala. Aku langsung panik tapi berusaha untuk tetap tenang sambil terus berjalan dan berdoa dalam hati. Setelah beberapa saat kuberanikan diri menoleh ke samping ke arah cahaya itu. Ternyata masih ada! Karena benar-benar takut dan panik aku langsung berteriak'' Woii..tunggu aku! Jangan terlalu jauh!" Aku mempercepat langkah dengan perasaan yang masih takut . Aku tidak menceritakan tentang apa yang kulihat barusan kepada teman-temanku. Setelah menemukan tempat yang agak datar kami beristirahat, membuka perbekalan dan tidur.
Gunung Abang dan Gunung Batur berselimut awan

Sekitar jam 3 pagi kami melanjutkan perjalanan kembali. Jalur pendakian gunung Agung Via Besakih merupakan jalur yang sangat panjang dan melelahkan. sangat sedikit sekali kita menemui jalan datar. 
Suasana sudah agak remang-remang ketika kami sampai di Tebing Boyke. Entah kenapa tempat ini dinamakan demikian. Biasanya para pendaki yang akan ke Puncak Agung ngecamp dulu disini. 
Kami melipir kekiri, memanjat bebatuan besar dan akhirnya sampai di batas vegetasi atau disini biasa disebut Kori Agung. Jalur berbatu dan terjal sudah menghadang di depan kami. Cuaca begitu cerah. Gunung Abang dan gunung Batur tampak jelas disebelah barat. Kami terus berjalan sambil sesekali berhenti untuk mengambil foto.


Jalur curam dan berbatu setelah Kori Agung

Akhirnya jam 8 pagi kami sampai di puncak tertinggi gunung Agung. Puji Syukur kupanjatkan kepada Tuhan YME. Tidak ada pendaki lain selain kami bertiga di puncak. Senang sekali bisa berdiri disini untuk kedua kalinya. Tak kusangka dengan berat badan yang hampir 100 kg aku masih sanggup sampai di puncak. 

 Yes, I'm on the Top of Bali!

 Perjalanan turun





Kusempatkan tidur sebentar karena capek banget. Setelah puas berfoto-foto, jam 9 pagi kami turun dari pincak. Ketika melewati trek berbatu yang curam di dekat batas vegetasi, tiba-tiba kakiku terkilir dan sakit sekali! Mungkin kakiku ini kewalahan menampung berat badanku yang sudah over banget. 
Sampai di batas vegetasi kaki kiriku makin menjadi saja sakitnya. Bapak guide mengajak kami turun lewat jalur Junggul untuk mempersingkat waktu. Aku berjalan terseok-seok menahan sakit. Beberapa kali aku istirahat yang cukup lama bahkan sampai ketiduran. Aku hampir putus asa dan pesimis apakah bisa sampai di desa Junggul sebelum malam denga kondisi kaki seperti ini. Aku berjalan dengan kaki agak diseret ditemani oleh Aris, sementara Chandra dan guide sudah jauh di bawah.





Jam 6 petang akhirnya kami di desa Junggul. Kami istirahat di salah satu rumah warga. Tuan rumah membuatkan kami teh hangat dan memberiku balsem untuk mengurut kakiku yang cedera. Karena tidak memungkinkan untuk berjalan lagi, aku menyewa sebuah pick up untuk mengantar kami kembali ke Pura Pengubengan buat mengambil motor. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar