Rabu, 06 April 2016

Pantai Kolbano, Surga yang Terancam


Ketika turun dari Fatu Ulan aku memilih lewat jalur selatan karena berencana ngecamp di pantai Kolbano untuk menikmati sunrise keesokan harinya. Matahari terasa sangat terik ketika aku sampai. Suasana  sepi, mungkin karena bukan hari libur. Kolbano sudah jauh berubah. Sudah ada portal dari kayu, berarti sudah ada pungutan retribusi buat  masuk ke pantai. Sebuah gazebo sederhana tampak berdiri manis. Dibawah pohon-pohon mengkudu juga ada bangku-bangku panjang.  Ada dua kios kecil yang menjual makanan kecil dan kelapa muda. Sudah ada warung padang juga, jadi wisatawan ga perlu cemas kalau kelaparan, hehehe.. Berbeda dengan 3 tahun lalu ketika pertama kali kesini, aku dan teman-teman kantor membawa ketupat dan opor ayam karena belum ada warung penjual makanan di kawasan ini. Tempat berdiri gazebo itu juga dulu masih berupa semak belukar. Tidak ada portal kayu, tidak ada retribusi. Jadi keadaan waktu itu masih benar-benar alami. Sekarang Kolbano sudah sangat terkenal. Dulu,ketika usai pertama kalinya mengunjungi Kolbano, aku langsung posting foto-fotonya di Facebook. Kutulis di blog juga. Setelah kunjungan pertama itu, aku masih beberapa kali main sendiri ke Kolbano dengan naik motor dari Soe. Sejak aktif bermain Instagram, sering kuposting foto-foto keindahan pantai ini di akunku. Kupikir waktu itu sayang sekali pantai seindah ini jarang ada yang tahu.



Aku tidur-tiduran di gazebo sambil menunggu sore. Untuk menghilangkan haus, aku membeli sebuah kelapa muda karena cuaca sangat panas. Harganya 5 ribu saja. Sangat murah! Seorang bapak tua masuk dan duduk di seberang dam menyapaku. Kamipun terlibat obrolan akrab. Untunglah aku dulu sempat lama di Timor, jadi bisa memahami ucapannya. Bahasa Indonesia yang tercampur dengan bahasa timor hehe.. Namanya bapak Yusuf Kase. Rumahnya tepat di depan pantai Kolbano. Orang asli Kolbano yang sudah turun temurun tinggal disini. Dari obrolan dengan beliau akhirnya aku tahu kalau ternyata Gazebo dan bangku-bangku itu dibuat oleh beliau dan warga sekitar . Beliau berinisiatif membuat itu semua melihat pengunjung pantai ini yang sudah semakin ramai saja, apalagi di hari libur. Dananya dari swadaya warga, salah satunya dari uang jualan ternak babi bapak Kase. Ah kukira ini bantuan dari dinas pariwisata setempat! Karena itulah dibuatkan portal dan dikenakan retribusi parkir. Untuk motor Rp.2000,- dan untuk mobil Rp.5000,- Pernah ada kunjungan dari pemkab setempat menjanjikan akan memberi bantuan. Tapi janji tinggalah janji, tidak pernah terealisasi.



Bapak Kase mengeluhkan eksploitasi batu-batu Kolbano yang makin tak terkendali. Bahkan beliau pernah didekati oleh seorang aparat yang meminta izin untuk diperbolehkan  menambang batu dekat Fatu’un. Tentu saja permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh beliau. Fatu’un adalah batu karang tinggi besar yang menjadi landmark pantai Kolbano dan 100 meter kiri dan kanan Fatu’un adalah zona larangan mengambil batu. Masih menurut beliau, sering datang orang malam hari membawa mobil pura-pura piknik, sambil minum bir di pinggir pantai. Tapi diam-diam mereka membawa karung dan pulangnya mengangkut batu-batu dekat fatu’un. Karena itulah beliau sering tidur di gazebo dan mengusir orang-orang mencurigakan yang datang ke pantai malam hari. Ternyata beliau memang sudah mendapat wasiat dari orang tuanya untuk menjaga batu-batu di dekat Fatu’un. “ Kalau batu-batu disini habis, nanti orang-orang yang datang lihat apa?” keluhnya.



Miris memang mendengarnya, pemerintah setempat kurang memberi perhatian, Bapak Kase harus berjuang sendiri menjaga kelestarian tanah kelahirannya. Entah sampai kapan keadaan seperti ini akan terus berlanjut. Sedih membayangkan suatu hari nanti, batu-batu Kolbano ini habis karena dijarah oleh orang-orang serakah haus fulus dan keindahan batu-batu cantik itu hanya menjadi dongeng sebelum tidur buat anak cucu.






Hari sudah semakin sore, Bapak Kase pamitan pulang untuk memberi makan ternak babinya, sementara aku minta izin  untuk mendirikan tenda di pinggir pantai. Malam harinya beliau kembali ke pantai, dan ternyata benar beliau tidur di gazebo sampai pagi!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar