Ketika turun dari Fatu Ulan aku memilih lewat jalur selatan
karena berencana ngecamp di pantai Kolbano untuk menikmati sunrise keesokan
harinya. Matahari terasa sangat terik ketika aku sampai. Suasana sepi, mungkin karena bukan hari libur.
Kolbano sudah jauh berubah. Sudah ada portal dari kayu, berarti sudah ada
pungutan retribusi buat masuk ke pantai.
Sebuah gazebo sederhana tampak berdiri manis. Dibawah pohon-pohon mengkudu juga
ada bangku-bangku panjang. Ada dua kios
kecil yang menjual makanan kecil dan kelapa muda. Sudah ada warung padang juga,
jadi wisatawan ga perlu cemas kalau kelaparan, hehehe.. Berbeda dengan 3 tahun
lalu ketika pertama kali kesini, aku dan teman-teman kantor membawa ketupat dan
opor ayam karena belum ada warung penjual makanan di kawasan ini. Tempat
berdiri gazebo itu juga dulu masih berupa semak belukar. Tidak ada portal kayu,
tidak ada retribusi. Jadi keadaan waktu itu masih benar-benar alami. Sekarang
Kolbano sudah sangat terkenal. Dulu,ketika usai pertama kalinya mengunjungi
Kolbano, aku langsung posting foto-fotonya di Facebook. Kutulis di blog juga. Setelah kunjungan pertama
itu, aku masih beberapa kali main sendiri ke Kolbano dengan naik motor dari
Soe. Sejak aktif bermain Instagram, sering kuposting foto-foto keindahan pantai
ini di akunku. Kupikir waktu itu sayang sekali pantai seindah ini jarang ada yang
tahu.
Aku tidur-tiduran di gazebo sambil menunggu sore. Untuk
menghilangkan haus, aku membeli sebuah kelapa muda karena cuaca sangat panas.
Harganya 5 ribu saja. Sangat murah! Seorang bapak tua masuk dan duduk di
seberang dam menyapaku. Kamipun terlibat obrolan akrab. Untunglah aku dulu
sempat lama di Timor, jadi bisa memahami ucapannya. Bahasa Indonesia yang
tercampur dengan bahasa timor hehe.. Namanya bapak Yusuf Kase. Rumahnya tepat
di depan pantai Kolbano. Orang asli Kolbano yang sudah turun temurun tinggal
disini. Dari obrolan dengan beliau akhirnya aku tahu kalau ternyata Gazebo dan
bangku-bangku itu dibuat oleh beliau dan warga sekitar . Beliau berinisiatif membuat
itu semua melihat pengunjung pantai ini yang sudah semakin ramai saja, apalagi
di hari libur. Dananya dari swadaya warga, salah satunya dari uang jualan
ternak babi bapak Kase. Ah kukira ini bantuan dari dinas pariwisata setempat! Karena
itulah dibuatkan portal dan dikenakan retribusi parkir. Untuk motor Rp.2000,-
dan untuk mobil Rp.5000,- Pernah ada kunjungan dari pemkab setempat menjanjikan
akan memberi bantuan. Tapi janji tinggalah janji, tidak pernah terealisasi.
Bapak Kase mengeluhkan eksploitasi batu-batu Kolbano yang
makin tak terkendali. Bahkan beliau pernah didekati oleh seorang aparat yang
meminta izin untuk diperbolehkan menambang
batu dekat Fatu’un. Tentu saja permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh
beliau. Fatu’un adalah batu karang tinggi besar yang menjadi landmark pantai
Kolbano dan 100 meter kiri dan kanan Fatu’un adalah zona larangan mengambil
batu. Masih menurut beliau, sering datang orang malam hari membawa mobil
pura-pura piknik, sambil minum bir di pinggir pantai. Tapi diam-diam mereka
membawa karung dan pulangnya mengangkut batu-batu dekat fatu’un. Karena itulah
beliau sering tidur di gazebo dan mengusir orang-orang mencurigakan yang datang
ke pantai malam hari. Ternyata beliau memang sudah mendapat wasiat dari orang
tuanya untuk menjaga batu-batu di dekat Fatu’un. “ Kalau batu-batu disini
habis, nanti orang-orang yang datang lihat apa?” keluhnya.
Miris memang mendengarnya, pemerintah setempat kurang
memberi perhatian, Bapak Kase harus berjuang sendiri menjaga kelestarian tanah
kelahirannya. Entah sampai kapan keadaan seperti ini akan terus berlanjut.
Sedih membayangkan suatu hari nanti, batu-batu Kolbano ini habis karena dijarah
oleh orang-orang serakah haus fulus dan keindahan batu-batu cantik itu hanya
menjadi dongeng sebelum tidur buat anak cucu.
Hari sudah semakin sore, Bapak Kase pamitan pulang untuk
memberi makan ternak babinya, sementara aku minta izin untuk mendirikan tenda di pinggir pantai.
Malam harinya beliau kembali ke pantai, dan ternyata benar beliau tidur di
gazebo sampai pagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar