Sabtu, 20 Mei 2017

Jelajah Sumba Part 1

Kunjunganku ke Sumba tidak ada rencana sama sekali. Karena sebenarnya setelah dari Wae Rebo aku berencana mendaki gunung Inerie di Bajawa setelah tahun kemaren gagal karena kecelakaan  motor yang menimpaku ketika menuju desa Watumeze.
Ketika di Wae Rebo, Franz mulai menghasutku untuk menemaninya ke Sumba. Dia pamerkan foto-foto tempat keren di Sumba yang akhirnya membuatku terhasut juga. Dia sendiri sudah ke Sumba Agustus tahun lalu. 


Rabu, 15 Februari 2017
Sore itu sepulang dari Wae Rebo, aku sempatkan mengantar Franz melihat sawah lodok di Cancar. Aku sendiri tidak pernah bosan kesini. Sawah berbentuk jaring laba-laba itu benar-benar istimewa.
Balik dari Cancar, kami langsung packing pakaian karena kami akan langsung ke Labuan Bajo malam itu juga. 
Setelah berpamitan sama keluarga Ican, kami ke Hotel Rima untuk mengembalikan motor sekaligus membayar sewanya untuk 2 hari. 
Dari hotel kami naik ojek ke pangkalan travel untuk mencari mobil yang akan kami tumpangi menuju Labuan Bajo. Di Labuan Bajo sudah menunggu Kalpin, teman kuliah Franz di Makassar yang sudah tiba di Bajo kemarin. 
Jam 11 malam kami tiba di Bajo dan langsung membeli tiket kapal menuju Sape, Bima. Kapal ke Sape berangkat jam 2 malam. 

Sawah Spiderman


Kamis, 16 Februari 2017
Hari sudah terang ketika kapal berlabuh di Sape. Jam 8 pagi. Turun dari kapal, kami menuju loket penjualan tiket untuk menanyakan jadwal keberangkatan kapal menuju Waekelo, Sumba Barat. Tidak ada penyebrangan hari ini karena cuaca buruk. Kemungkinan  baru ada keberangkatan pada Jum'at malam. Itu artinya kami menunggu dan bertahan di Sape selama 2 hari. Setelah berunding dengan Franz dan Kalpin, kamipun memutuskan untuk menyewa kamar di losmen dekat pelabuhan. Sewa kamar 70 ribu/hari dengan 2 tempat tidur.
Selama 2 hari kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur dan sore harinya bermain-main di dermaga. 

Sabtu, 18 Februari 2017
Berita gembira yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Kapal menuju Waikelo sudah siap. Jam  2 dini hari kapalpun berangkat membawa kami menuju Sumba. Aku menyewa matras seharga 10 ribu agar bisa tidur nyenyak selama perjalanan. Gelombang laut cukup besar malam itu. Jam 11 siang kapal merapat di pelabuhan Waekelo. Tampak pantai dengan pasir indah dengan pasir putih yang indah. Ah, kesan pertama yang begitu menggoda tentang Sumba!
Dari Waekelo kami naik angkot menuju kota Waikabubak dan numpang menginap di rumah bang Mujib. Disini kami bertemu dengan Joey dan Tinae yang sudah di Sumba dari seminggu sebelumnya. Sore itu aku, Franz dan Kalpin mengunjungi kampung adat Tarung yang ada di tengah kota Waikabubak. 
Kampung Tarung

Minggu, 19 Februari 2017
Kendala utama para pelancong di Sumba adalah transportasi. Tidak ada kendaraan umum yang langsung ke tempat-tempat wisata. Tidak ada tempat penyewaan motor ataupun mobil. Kalau tidak mau repot, ikut open trip adalah cara terbaik menikmati keindahan Sumba.
Beruntung Tinae punya teman, Alief, orang Waikabubak yang memiliki kendaraan dan berbaik hati menemani kami jalan-jalan hari ini.
Di spot-spot wisata di Sumba tidak ada penjual makanan, jadi kita harus menbeli bekal makanan dulu sebelum berangkat.
Destinasi pertama hari ini adalah pantai Watubela dengan jarak tempuh dari Wakabubak sekitar 1,5 jam. Salah satu pantai cantik di Sumba Barat dengan pasir putih dan tebing batu putih yang gagah di sebelah kanan pantai.
Dari Watubela kami melanjutkan perjalanan ke pantai Karewei. Sinar matahari yang sangat menyengat membuat moodku langsung turun. Sementara teman-teman lain asyik berfoto, aku memilih untuk berteduh sambil tidur-tiduran di bawah pohon perdu.
Hari sudah semakin sore. Destinasi terakhir hari ini adalah kampung adat Praijing. Kampung adat ini terletak di desa Tebara, Sumba Barat. Seperti kampung adat lainnya di Sumba, rumah-rumah adatnya masih unik dan tradisional dengan kuburan batu megalitik. Karena letaknya diatas bukit membuat pemandangan disini cukup indah dengan panorama persawahan dan kota Waikabubak di bawahnya. 

Pantai Watubela dari atas tebing

 Pantai Watubela

 Frans selfie diatas tebing 

 Indah sekali bukan?
Fani dan Tinae, dua gadis Sumba nan exotis ;)

Senin, 20 Februari 2017
Alib, seorang kawan yang datang dari Waingapu hari ini menemani kami jalan-jalan. Berkat bantuannya kami bisa mendapatkan sebuah mobil untuk disewa sehari. Kami berangkat menuju danau Weekuri di Kodi, Sumba Barat Daya dengan wakt
u tempuh sekitar 2 jam . Danau Weekuri adalah danau air asin. Air laut yang terjebak saat pasang  di dalam Laguna inilah yang membentuk danau. Airnya yang bening tosca membuatku tidak tahan untuk menceburkan diri dan berenang beberapa saat.
Beranjak dari Weekuri kami singgah di pantai Mandorak yang masih satu garis pantai dengan Weekuri. Sebenarnya lokasi ini sudah dibeli oleh bule Prancis dan tidak dibuka untuk umum. Pantai ini berpasir putih dengan tebing karang yang membentuk gapura kecil dan air laut masuk melalui celah tebing karang tersebut.
Tujuan selanjutnya adalah menonton Pasola di Kodi. Pasola merupakan salah satu tradisi adat tahunan khas Sumba. Para peserta menunggang kuda dan saling melempar tombak hingga berdarah. Walaupun tombak ujungnya tumpul, tetap mendengarnya saja membuatku bergidik ngeri.
Kami memarkir mobil agak jauh dari lokasi pertandingan sebagai antisipasi kalau tiba-tiba acara rusuh, kami lebih mudah menyelamatkan diri. Penonton begitu berjejal sehingga aku sama sekali tidak bisa melihat ke dalam arena. Kuangkat kamera tinggi-tinggi agar bisa mengambil foto walau seadanya. Setelah dari sini kami langsung menuju Tanjung Mareha  dan pantai Mbawana.
Sampai di Tanjung Mareha kami membuka perbekalan. Pemandangan disini sangat indah. Dari sini kita bisa melihat pantai Mbawana dengan karang bolongnya. Setelah makan kamipun berangkat ke pantai Mbawana. Sudah jam 5 sore. Suasana begitu sepi. Untuk sampai ke pantai kami harus melewati jalan setapak menuruni tebing sekitar 10 menit.
Buatku pribadi, ini adalah pantai terkeren di Sumba Barat Daya. Pantai berpasir putih dengan tebing karang bolong yang begitu megah dan iconik!
Bersyukur dan bahagia sekali aku bisa sampai di tempat ini. Langit dan sunset sore ini juga begitu menawan!

Gosong semua :)

 Lapangan Lamboya. Disini tempat diadakannya upacara adat Pasola

 Berenang di Weekuri 

 Pantai Mandorak 

 Pasola 

 Somewhere near Tanjung Mereha 

 Mirip di Nusa Penida ya?

 View Pantai Mbawana dari Tanjung Mareha 

 Pantai Mbawana 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar