Kamis, 30 Juli 2015

Air terjun Tiu Kelep





  
Kalau habis turun dari Rinjani lewat Senaru ngga ada salahnya mampir ke air terjun ini. Cuma 30 menit dari pos pendakian Senaru kamu akan menemukan air terjun megah dan bagiku ini adalah air terjun paling indah di Lombok. 




Jalurnya pun asyik dan lumayan menantang , melewati  tangga, jembatan sampai menyusuri sungai. Sebelumnya akan kita jumpai air terjun Sendang Gile yang juga tak kalah menarik.

 


Dari Mataram  sampai ke Senaru bisa menggunakan motor atau kendaraan pribadi lainnya dan ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam. Tiket masuk air terjun 5000 rupiah

Pendakian Semeru



Ikut open trip memang menyenangkan. Selain ga perlu repot-repot menyiapkan peralatan pendakian, kita juga bisa menambah teman-teman baru yang sehobi. Seperti mendaki Semeru kali ini. Untuk kedua kalinya aku ikut tripnya Blakrax setelah sebelumnya ikut trip ke Ranu Kumbolo.


 Jalur Ayek-ayek

Peserta pendakian kali ini sebanyak 20 orang ( kalau ga salah ). Ada yang ramah, ada yang gokil, ada juga yang cuek ngga mau menyapa. Beberapa diantaranya akhirnya menjadi partner pendakian di gunung-gunung selanjutnya. 

 Ngecamp di Ranu Kumbolo



Kalau sebelumnya ketika ke Ranu Kumbolo lewat jalur Ayek-ayek yang kejam, ke Semeru kali ini lewat jalur konvensional yang lebih bersahabat. Bermalam di Ranu Kumbolo di hari pertama. Pendakian ke Semeru kali ini sangatlah ramai. Mungkin ada ribuan pendaki saat itu. Sangat tidak nyaman buat yang ke gunung untuk mencari ketenangan dan kesunyian.







 Oro- Oro Ombo
 
 Melewati Oro-oro Ombo yang sangat indah karena bunga-bunga yang berwarna ungu itu sedang bermekaran. Jalur pendakian dari Ranu Kumbolo ke Kali mati (camp terakhir sebelum ke puncak) lumayan datar dan ditempuh kurang lebih selama 3 jam. 

 Pos Kalimati 
 
Jam 3 pagi kami mulai pendakian menuju puncak. Pendaki sangat ramai dan berjejal sehingga di beberapa tempat sering terjadi kemacetan. Melewati batas vegetasi pendaki mulai terurai. Jalur pasir dan berkerikil benar-benar menguras tenaga. 


 Sunrise sebelum puncak
 
Setelah perjuangan yang sangat melelahkan akhirnya jam 9.30 pagi aku sampai di puncak. Ah.. benar-benar perjuangan yang luar biasa. Tidak percaya rasanya aku bisa sampai di puncak tertinggi di tanah Jawa ini. Tidak semua peserta trip yang bisa sampai di puncak kali ini. 



 Puncak Mahameru
 
Beberapa diantaranya memutuskan kembali setelah melihat padatnya jalur menuju puncak oleh para pendaki. Tak henti-hentinya aku mengucapkan syukur . Gunung semeru yang selama ini kulihat di foto-foto saja, sekarang aku malah sudah berdiri di puncaknya. Unbelievable!

Gili Trawangan, Riwayatmu Kini

Gili Trawangan, nama pulau di sebelah barat pulau Lombok ini begitu hits 10 tahun belakangan. Bersama dua tetangga dekatnya Gili Air dan Gili Meno. Tapi memang Gili Trawangan yang paling ramai dan menjadi tempat yang wajib dikunjungi buat traveller yang ke Lombok.


Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu ketika pertama kali kesini, sekarang Gili Trawangan sudah sangat ramai. Hampir seluruh bagian pulau sudah berdiri hotel dan villa-villa. Sungguh tidak nyaman kalau ke sini untuk mencari ketenangan. Walaupun masih ada sedikit tempat-tempat yang masih sepi.




Berkeliling pulau naik sepeda menjadi pilihan yang baik. Sewa sepeda 25 ribu sepuasnya. Bisa juga snorkling di sekitaran pulau. Kalau aku sih kesini cuma buat bermalas-malasan sambil menunggu sunset.


Menikmati sunset

Bermalam disini mulai harga 150 ribu. Cukup mahal untuk kantong backpacker sepertiku. Kalau bawa tenda bisa sih ngecamp di bagian utara pulau yang masih sepi.

 Sunrise berlatar gunung Rinjani

Pantai Seger yang bikin segerrrrr.....

Kalau soal pantai Lombok memang juaranya. Seluruh pesisir pulau dikelilingi oleh pantai-pantai yang hampir semuanya berpasir putih! 



Namanya pantai Seger. Nama pantai ini sebelumnya belum pernah kudengar. Selama ini paling yang kudengar hanya Kuta dan Senggigi. Iseng-iseng menyusuri bagian selatan Lombok setelah melewati Pantai Kuta akhirnya malah menemukan pantai ini. 





Masih satu garis dengan pantai Kuta. Pantai masih bersih dah sepi. Airnya tenang. Cuma ada satu dua wisatawan yang berlalu lalang. Diapit oleh bukit-bukit kecil menjadikan pantai ini begitu indah.


Menurut info dari pedagang kain di tepi pantai, setiap pertengahan bulan Februari di pantai ini diadakan festival Bau Nyale yaitu dimana masyarakat setempat ramai-ramai turun ke pantai malam harinya buat mencari cacing laut. Pada saat itu pantai menjadi sangat ramai baik oleh warga sekitar, wisatawan lokal maupun turis asing. Biasanya pemerintah setempat juga mengundang band-band nasional dan lokal untuk memeriahkan suasana.




Untuk mendapatkan view yang spektakuler lebih baik naik ke salah satu bukit. Dari puncak bukit kita bisa melihat di kiri dan kanan pantai berpasir putih yang indah dengan warna air laut yang biru menawan. Sungguh sedaaap dipandang!

How to get there?
Dari bandara BIL arahkan kendaraan ke Kuta. Setelah melewati Kuta sekitar 10 menit kemudian kita akan sampai di Pantai Seger.
Retribusi pantai Rp. 5000

Rabu, 29 Juli 2015

Tanjung Aan Yang Mendamaikan.

Pertama kali tahu tentang Tanjung Aan karena baca majalah Popular tahun 2003 dimana Febi Febiola berpose sexy dengan bikini di pantai ini. Hahaha.. ketauan deh kalau aku suka baca majalah hot!


Tidak susah untuk sampai di pantai ini. Setelah melewati pantai Kuta arahkan kendaraan ke kiri, sudah ada plang yang menunjukkan arah ke pantai. Jangan lupa bertanya pada penduduk lokal kalau ragu-ragu. Waktu tempuh dari Kuta ke Tanjung Aan sekitar 30 menit.



Waktu aku sampai disana pas tengah hari. Suasana sangat sepi. Cuma ada 2 orang anak kecil penjual kerajinan tangan dan seorang ibu-ibu penjual kain tenun. Seorang cewe bule tampak wara-wiri berbikini dengan cueknya.


Suasana begitu tenang. Duduk berteduh dibawah pohon cemara sambil memandangi laut yang begitu tenang sungguh membuat betah. Semilir angin pantai yang berhembus membuat mata jadi mengantuk. Terasa sangat damai...

Tambahan :
Kalau  mau membeli oleh-oleh kain khas Lombok belilah pada ibu-ibu penjual kain disini. Selain harganya jauh lebih murah daripada membeli di Sade dan Mataram juga untuk membantu perekonomian mereka.
Satu lembar kain bisa didapat dari harga 25 ribu - 50 ribu tergantung ukuran.


Sore yang Syahdu di Tengku Lese



Sebuah foto di Instagram menarik perhatianku. Foto persawahan yang indah dengan latar belakang air terjun dua tingkat benar-benar mengusik hati. Cuma ada keterangan foto: Air tejun Cunca Lega, Flores. Langsung saja aku browsing. Sangat minim sekali info tentang air terjun ini. Satu artikel menyebut letaknya di desa Tengku Lese, satu lagi menyebut desa Nanu. Membingungkan! Bagamana bisa tempat seindah ini jarang orang yang mengetahuinya.



 Daripada lama-lama larut dalam kebingungan karena waktu sudah menunjukkan jam 3 sore, aku langsung tancap gas menuju Tengku Lese setelah bertanya beberapa kali. Ternyata tidak semua orang Ruteng tahu desa Tengku Lese!


Dan kejadian ketika mengunjungi Liang Bua pun kembali terulang. Lagi-lagi aku harus berhenti berkali-kali untuk memotret pemandangan indah sepanjang perjalanan. Ah.. Manggarai, alammu benar-benar luar biasa! Sesekali aku cuma bisa berdecak kagum dan bengong beberapa saat mengagumi keindahan lukisan alam yang terpampang di depan mata.

Gerimis turun ketika aku memasuki desa Tengku Lese. Aku langsung bertanya letak air terjun pada seorang ibu-ibu di depan warung kecil. Ternyata memang benar air terjun itu milik desa Tengku Lese, tapi untuk trekking ke sana harus lewat desa Nanu. Mestinya tadi aku langsung saja ke desa Nanu untuk mempersingkat waktu. 



Menerobos gerimis langsung kupacu motor menuju desa Nanu. Sekitar 30 menit kemudian aku sampai di desa Nanu. Sudah pukul setengah enam sore, gerimis belum juga reda. Beberapa anak kecil yang baru habis mandi di kali dengan senang hati menunjukkan jalan menuju air terjun. Memasuki jalan berbatu tampak jelas air terjun Cunca Lega dikejauhan  dengan persawahan dengan warna padi yang hijau dan kuning berlapis-lapis terlihat indah sekali! 





Aku berjalan memasuki persawahan sambil mengambil foto. Sudah tak mungkin lagi untuk mendekati air terjun karena hari sudah mulai remang-remang. Beberapa orang petani yang baru turun dari sawah menghampiriku, menyalamiku, memperkenalkan diri masing-masing sambil tersenyum ramah. Sangat ramah sekali! Inilah yang aku suka dengan orang Flores. Senyum mereka begitu tulus tidak dibuat-buat. Tidak ada tatapan curiga dan penuh selidik. Salah satu dari mereka mengajakku ke rumahnya yang terletak di pinggir sawah. Kami ngobrol di teras rumah ditemani kopi dan ubi rebus. Hangat dan akrab. Rasanya seperti bertemu keluarga yang sudah lama tidak bersua. Menikmati sore yang indah, memandangi hamparan sawah sementara matahari mulai tenggelam di ufuk barat terasa begitu syahdu. 




Mereka menawariku untuk menginap dan melihat air terjun pagi harinya. Tapi karena besok paginya harus ke Bajo dengan berat hati aku tolak tawaran tersebut. Tapi aku berjanji akan datang lagi dan menginap suatu hari nanti. Jam 7 malam akupun berpamitan untuk kembali ke Ruteng. Berat sekali rasanya. Sebuah pertemuan singkat namun sangat berkesan dan akan selalu kukenang dalam hidupku.


Info tambahan:
Untuk menuju desa Nanu/Tengku Lese lebih baik sewa motor/ mobil di Ruteng atau Labuan Bajo sehingga lebih bebas untuk menikmati pemandangan sepanjang perjalanan.
Untuk sewa motor bisa hubungi om  Sony manager Rima Hotel, Hp 081339419696


Menggapai puncak Kerinci



Walaupun sebenarnya badan belum fit 100 % karena habis terkena malaria di Dompu, Sumbawa, tapi tetap kubulatkan tekad ikut open tripnya Blakrax kali ini untuk menggapai atap Sumatera ini. Gunung setinggi 3805 mdpl ini merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia dan tentunya setiap pendaki di Indonesia berharap bisa berdiri di puncaknya. Untuk berjaga-jaga aku membawa pil kina dalam kantong P3ku.


Meeting point di Bandara Jambi. Setelah semua peserta terkumpul kami berlimabelas, 12 belas peserta trip dan 3 orang dari Blakrax langsung meluncur menuju Kersik Tuo, Basecamp pendakian Kerinci. Berbeda dengan pendakian ke Semeru yang kebanyakan peserta asyik dengan kelompoknya sendiri, trip kali ini terasa menyenangkan karena semua peserta sangat asyik dan ngga jaim. Walaupun baru beberapa saat bertemu kami sudah bisa saling ledek dan ngece seperti teman lama yang sudah lama tidak bertemu. Riza, peserta termuda yang biasanya paling bawel kalau ngobrol di grup WA, disini lebih banyak diam dan senyum-senyum saja. Alhasil dia selalu jadi bulan-bulanan peserta lain yang jago ngeledek.

Perjalanan ke Kersik Tuo dari Jambi yang ditempuh kurang lebih 12 jam terasa sangat melelahkan. Pemandangan di pinggir jalan juga kurang menarik. Ditambah lagu-lagu yang diputar pak sopir kurang bersahabat di telingaku menambah bosan  suasana. Akhirnya aku lebih banyak tidur selama perjalanan.



Jam setengah 7 pagi mobil sampai di Kersik Tuo. Setelah beristirahat sebentar di homestay dan  mempersiapkan perlengkapan pendakian kami berangkat menuju basecamp untuk mengurus perizinan. Jam 9 pagi kami berangkat menuju gerbang pendakian gunung Kerinci. Setelah tim pendakian lengkap, jam 10 pagi kamipun mulai pendakian. Kurang lebih 10 menit berjalan kami sudah sampai di pintu Rimba.




 Perjalanan dilanjutkan memasuki hutan lebat. Jalur masih lumayan landai. Kurang lebih 40 menit berjalan kami tiba di pos Bangku Panjang di ketinggian 1889 mdpl. Melanjutkan perjalanan kembali sekitar 20 menit kemudian kami tiba di Pos Watu Lumut di ketinggian 2020 mdpl. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.12 siang . Melewati pos Watu Lumut jalur mulai menanjak dan licin.




Jam 5 sore kami sampai di Shelter 2 di ketinggian 3100 mdpl. Disini kami mendirikian tenda untuk bermalam dan menyiapkan fisik untuk summit attack dini hari nanti. Jam 5 pagi kami berangkat ke puncak. Jalur benar-benar curam dan kami bergelantungan di akar pohon untuk melewatinya.


 Tugu Yuda 
 
 Sejam kemudian kami sampai di Shelter 3. Istirahat sebentar kami melanjutkan perjalanan kembali. Melewati batas vegetasi jalur mulai dipenuhi pasir dan kerikil.







Jam 7.40 kami sampai di Tugu Yuda. Aku berhenti sebentar di sini, terus melanjutkan perjalanan ke puncak. Jam 9.10 pagi akhirnya aku sampai di puncak disambut teman-teman lain yang lebih duluan 







Special Thanks to :
- Blakrax Team ( Chamdi, Didin, Syalalaaa...)
- Pak De Alex
- Bang Levi
- Murdam Afrika
- Sugik
- Om Bram
- Ikus Bebek
- Riza 
- Margie 
- Mas Awal
- Andri 
- Mba Uji
- Novi 
- Haekal
- Amirzam 
- Foead 
- Adit

Terimakasih dan puji syukur kami panjatkan untuk Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan lindunganNya kami bisa menjejakkan kaki di atap Sumatera.