Mendaki gunung Rinjani merupakan impian
setiap pendaki gunung di Indonesia . Gunung dengan ketinggian 3676 mdpl yang terletak di pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat ini menyajikan pemandangan yang
spektakuler mulai padang savana yang luas, bukit-bukit, danau sampai hutan yang
lebat. Wajar kalau Rinjani mendapat
julukan sebagai gunung dengan pemandangan paling indah di Indonesia.
Bersama empat orang teman, Acep, Andri,
Andi dan Ade ( keempatnya kukenal saat mendaki Semeru ) kamipun akhirnya
berhasil menggapai puncak tertinggi di kepulauan sunda kecil ini.
Melalui jalur Sembalun, pendakian kami
lakukan jam 8 pagi melewati padang
savanna yang luas dengan background gunung Rinjani yang berdiri anggun
menjulang. Panasnya sengatan matahari membuatku cepat haus. Setelah kurang
lebih 2 jam berjalan kamipun tiba di pos 1. Mataku terasa berkunang-kunang.
Mungkin karena sebelumnya aku kurang persiapan berolahraga.
Setelah beristirahat sebentar kami
melanjutkan perjalanan. Sinar matahari semakin menyengat saja. Kami beristrahat
kembali di pos 2, sementara para porter menyiapkan makan siang kami. Setelah
makan siang kami kembali melanjutkan pendakian. Deretan bukit-bukit yang
menjulang mulai menghadang di depan
membuat nyaliku sedikit ciut. Medan pendakianpun semakin menanjak dengan
kemiringan yang sangat curam. Pantas saja deretan bukit ini mendapat julukan
bukit penyesalan.
Setelah melalui satu bukit, bukit lainnya
kembali menghadang dan begitu
seterusnya. Tanjakan hampir tiada habisnya membuatku cuma bisa berjalan
beberapa langkah dan kemudian berhenti untuk mengatur nafas. Beberapa orang
bule mulai menyalipku sambil memberikan kata-kata penyemangat. Jam 6 sore
akhirnya aku sampai di Plawangan Sembalun sementara keempat temanku sudah
duluan sampai beberapa menit sebelumnya.
Senja di Plawangan Sembalun
Para porter sibuk mendirikan tenda dan
memasak sementara kami asyik
mengabadikan matahari yang mulai tenggelam. Plawangan Sembalun berada di
ketinggian 2600 mdpl yang artinya aku harus berjalan lagi lebih dari 1000 meter
vertical untuk mencapai puncak Rinjani. Memikirkan
itu membuatku agak stress jadi kuputuskan untuk tidur lebih sore agar dapat
beristirahat yang cukup.
Jam 4 pagi kami mulai summit attack. Jalur
pendakian mulai berpasir dan berdebu sehingga menjadi agak licin. Karena postur
tubuh yang paling gemuk membuatku selalu tertinggal paling belakang. 2 jam
berjalan langit mulai tampak kemerahan di ufuk timur, sementara di bawah sana
danau Segara anakan mulai tampak samar-samar. Indah sekali!
Jalur pendakianpun mulai didominasi oleh
pasir dan batu kerikil dan terasa semakin berat dan membuatku hampir putus asa.
Beberapa kali aku istirahat dan bahkan sampai tertidur karena saking capeknya.
Seorang pendaki bule asal Afrika Selatan
yang baru turun dari puncak membangunkanku dan memberikan semangat dan
memberiku sebatang coklat. Diapun
mengatakan kalau pemandangan di puncak sangat spektakuler jadi rugi katanya
kalau aku tidak sampai puncak.
Semangatku berkobar kembali, kulanjutkan
pendakian sementara teman-teman sudah jauh meninggalkanku. Jam 8.30 pagi
akhirnya aku sampai di puncak Rinjani, disambut pelukan teman-teman yang lebih
dahulu sampai. Terharu rasanya akhirnya bisa menginjakkan kaki di puncak
Rinjani yang merupakan salah satu mimpiku dari dulu.
Keren smua...
BalasHapus